Masih ingatkan dengan TOYOTA, sebuah perusahaan raksasa yang membosankan. Mengapa? Karena setiap tahun beritanya selalu hampir sama : “Tingkat penjualan yang terus didepan pesaingnya, tingkat keuntungan yang selalu lebih besar dari pesaingnya, tingkat kepuasan pelanggan yang selalu mengalahkan pesaingnya”. Luar biasa. Bagaimana bisa?
Toyota Production System
Jawabannya adalah Toyota Production System (TPS), kesatuan dari prinsip-prinsip dan tool-tool khas Toyota untuk mencapai keunggulan di berbagai bidang. Toyota Production System sering juga di sebut dengan nama lain: Leon Manufacturing.
Mengapa? Karena yang terlihat dengan mudah adalah secara visual, hasil dari TPS adalah pabrik yang ramping, yang hanya mempunyai sedikit barang dan hal yang tak berguna. Gudang hanya memiliki stok seadanya, baik material maupun produk akhir.
Proses yang singkat dengan sedikit tahapan yang tidak bernilai tambah, pekerjaan yang dilakukan dengan gerakan yang efisien, aliran material yang minimal, plant layout yang tidak memakan banyak ruang dan banyak lagi ciri-ciri ‘ramping’.
Meski begitu, menyebut TPS dengan lean manufacturing ada risikonya. Orang akan berpikir bahwa keberhasilan Toyota semata karena membuat segalanya ramping, lalu menumpahkan perhatian hanya pada konsep-konsep seperti Kanban, Andon, SS.
Toyota Production System jauh lebih luas dari sekedar menjadikan sesuatu menjadi ramping. Ada nilainilai moral, ada prinsip-prinsip disamping tool-tool tersebut. Hanya menggunakan tool-tool tersebut tidak akan membuat perusahaan lainnya akan sama membosankannya dengan Toyota.
Toyota Production System atau TPS adalah kesatuan dari prinsip-prinsip dengan tool-tool yang memungkinkan dihasilkannya produk berkualitas tinggi dengan biaya rendah.
TPS juga dikenal sebagai kesatuan dari 4P yaitu:
- Phylosophy (filosofi)
- Process (prinsip-prinsip dan tool terkait dengan proses produksi),
- People (prinsip~prinsip yang terkait dengan sumber daya manusia] dan
- Problem solving (prinsip dan tool yang digunakan dalam perbaikan berkesinambungan).
Pada faktor People (prinsip-prinsip yang terkait dengan sumber daya manusia), dimana “Mono Zukuri Wo Hito Zukuri” salah satu prinsip terkemuka “Toyota” yang berarti “KAMI TIDAK HANYA MEMBUAT MOBIL, TAPI KAMl JUGA MEMBANGUN ORANG”merupakan sebuah kebijakan yang sangat mengagumkan. Perusahaan sebesar itu sangat peduli dan memikirkan nasib karyawannya.
Dan ini merupakan sebuah aplikasi dari “Kepemimpinan dalam Manajemen SDM“. Dengan cara tersebut, pengendalian manajemen terhadap SDM menjadi sangat efektif, dimana para pimpinan Toyota berpikir dan sadar bahwa manusialah (karyawan) yang menjalankan seluruh operasi perusahaan, mulai dari riset, desain produk sampai fungsi marketing dan aktivitas pendukung lainnya.
Ditangan karyawanlah “NASlB” dan “MASA DEPAN” perusahaan berada. Lepas dari hitungan untung rugi jangka pendek dan tangible. Yang pasti pimpinan puncak perusahaan Toyota beranggapan dan sadar bahwa perlu investasi yang besar dan hebat bagi masa depan perusahaan pada aspek manusia (karyawan).
Perlakuan pimpinan Toyota yang lebih mengutamakanaspek SDM didukung oleh sebuah majalah terbesar FORTUNE yang mengatakan “THE MOST SUCCESSFULL BUSINESSES KNOW THAT DEVELOPINGTALENT 1S THEIR TOP PRIORITY“.
ltulah yang menjadi prinsip universal pemimpin, sekaligus kunci kesuksesan bisnis kelas dunia yang utama. Dan terbukti bahwa banyak perusahaan yang sukses dan maju serta masih bertahan di era persaingan global dikarenakan adanya kelekatan antara kepemimpinan dalam perusahaan dengan sistem pengendalian sumber daya manusia yang mereka kelola dan miliki.
Toyota Production System