Batik lawasan berasal dari kata “lawas” yang berarti lama. Batik lawasan bisa berupa bahan batik lama, atau bisa juga batik baru dengan warna yang dibuat seperti batik lama atau berwarna pudar. Jadi, Batik lawasan bukan nama batik yang diambil dari daerah asalnya, seperti batik Cirebonan, Lasem, Solo, Pekalongan dan lain-lain.
Dahulu batik lawasan lebih banyak didominasi dengan warna-warna natural seperti coklat. Namun dari kreasi Hetty Dwi Hendrati atau akrab disapa Hetty, batik lawasan dibuat dalam beragam warna cerah tanpa menghilangkan ciri khas batik lawasan. Jatuhnya lebih elegan, dan tidak mbladus alias kusam.
Awalnya Hetty, perempuan asal Solo ini menjual kain batik dan baju batik dengan model sederhana. Namun kini, untuk baju model yang diproduksi Rizkya batik Solo yang dikelolanya kian beragam. Mulai dari blouse, blazer, rompi, hingga sackdress (baju terusan). Hetty juga membuat aneka tas dan pernak-pernik dari kain batik agar beragam produknya, karena kadang pembeli tidak hanya cari baju, tetapi juga cari tas, atau malah bahan batik saja.
Mengangkat Pamor Batik Lawasan
Usaha yang dirintis istri dari Edwin Hasan Basri ini, awalnya berlokasi di Solo. Namun seiring perkembangan, kota Solo hanya dijadikan sebagai tempat produksi batik Rizkya, sementara pemasaran di Jakarta. Awal pemasaran produk batik Rizkya di Jakarta bermula saat Hetty diajak Dinas Perindustrian Solo berpameran di Thamrin City.
Lambat laun pasar di Jakarta lebih berprospek, hingga tiga tahun lalu Hetty memutuskan memfokuskan usaha pemasaran di Jakarta dengan membuka kios di Thamrin City. Kios di Solo ditutup, khawatir tak terurus dan kurang fokus. Di Solo hanya untuk produksi batik dan menjahit pakaian batik.
Soal persaingan bagi Hetty bukanlah halangan. Justru makin banyak bersaing, membuatnya dituntut lebih kreatif. Karena itulah Hetty senantiasa merancang model baju batik dari referensi di majalah, hunting di aneka pameran, yang dimodifikasinya. Dengan 25 karyawan, kini usaha Hetty kian besar dan dikenal sejak sering berpameran dan mengaku bisa mengantongi omset hingga ratusan juta per bulan. Soal harga relatif murah. Mulai dari harga Rp 150 ribu hingga jutaan rupiah.
Agar tidak monoton, Hetty kini juga menjual batik Cirebonan dengan warnawarna cerah, dan juga batik khas Solo dengan warna coklat tuanya. Hetty pengin menjaring semua konsumen, agar bisa sekali belanja kesini dan tidak perlu mencari yang lainnya. Karena semuanya ada.