Bila furniture berbahan rotan sangat mudah ditemui, tapi furniture berbahan bambu masih jarang dijangkau oleh pengrajin. Padahal alam Indonesia sangat kaya sekali dengan beragam jenis tanaman, khususnya bambu dan ini merupakan kondisi sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan.
Akhirnya Khairul Pulungan memiliki ide untuk mendirikan bengkel Shaniqua Bamboo, untuk membuat furniture dari bambu yang ramah lingkungan karena melihat kondisi sekitar tempat tinggalnya di Rangkasbitung yang didominasi oleh tumbuhan bambu. Selain itu, bengkel Shaniqua Bamboo untuk memberdayakan masyarakat setempat pasca krisis moneter 1998, yang banyak mengakibatkan masyarakat menjadi pengangguran.
Usaha Furnitur Bambu
Untuk mengenalkan produk Shaniqua Bamboo, Khairul membuka showroom di bilangan Kemang Timur. Selain elit, kemang juga dikenal sebagai tempat ekspatriat yang cukup berpeluang untuk mengenalkan produk furnitur unik seperti bambu.
Suatu ketika, temannya yang juga produsen tas asal Bandung memesan sofa dari bambu untuk tempat duduk di Linda display, saat mengikuti Pameran Produk Ekspor (PPE) di Kemayoran. Hanya saja, para pengunjung tertarik dengan sofa bambu dan menanyakan sejumlah informasi tentang produk furnitur tersebut.
Beberapa bulan kemudian, ada seorang trader dari India menghubungi Khairul untuk menanyakan produk Saniqua Bamboo. Karena, saat itu trader tersebut memperoleh pesanan furnitur untuk resort di Spanyol. Ia pun meminta Khairul untuk membuat furniture seperti contoh gambar kirimannya.
Khairul pun mengiyakan untuk membuat contoh yang diminta. Selama kurang lebih tiga bulan, Khairul membuat contoh untuk uji coba ekspor. Karena saat itu Khairul belum tahu pasti standar kualitas produk furnitur bambu untuk diekspor. Sejak awal, Khairul memang memiliki mimpi menjadi pengusaha ekspor. Hanya saja, belum punya pengalaman di bidang ekspor barang.
Akhirnya produk Shaniqua Bamboo lolos uji coba. Tahun 1999 langsung kontrak sebanyak 13 kontainer dengan tenggat waktu empat sampai lima bulan. Barang-barang yang dipesan berupa bed, lemari, tempat televisi, meja rias dan sofa. Dengan banderol harga untuk produk $34 USD yang termurah hingga $700 USD.
Pada tahun yang sama pula, beberapa peserta pameran PPE 1999 menyewa bilik dan produk dari Shaniqua. Dari sinilah, produk-produk Shaniqua mulai dikenal dan mendapat respon baik dari para pengunjung. Bahkan, ada seorang warga negara Jerman membeli produk Shaniqua Bamboo.
Shaniqua Bamboo terus konsisten membuat produk-produk baru dari bahan bambu. Khairul Pulungan terus melakukan inovasi serta terus meningkatkan kualitas dan kuantitas produknya. Melalui kreativitas dari tangannnya Shaniqua Bamboo telah berhasil memproduksi furnitur berbahan dasar bambu. Mulai dari tempat tidur, lemari, sofa, meja rias, gazebo dan beberapa produk lain sehingga membuat bengkel milik Khairul terus berkembang pesat.
Tahun 2010 Shaniqua Bamboo mendapat penghargaan sebagai produsen produk furnitur yang telah berhasil melakukan memberdayakan Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia di kabupaten Banten.
Dari sinilah Shaniqua Bamboo semakin pintar membuat produk-produk baru dari bambu, karena tidak pernah pindah memilih bahan lain selain bambu. Shaniqua Bamboo Kini jumlahnya mencapai 200 varian. Produk terbaru dari Shaniqua Bamboo adalah House of Bamboo. Diharapkan, produk House of Bamboo menjadi alternatif baru sebagai tempat tinggal ramah lingkungan.
Produk House of Bamboo dibuat untuk memenuhi permintaan konsumen. Warga negara Eropa memiliki tradisi berlibur ke Indonesia. Tapi tidak semua dari mereka bisa menikmati keindahan alam Indonesia. House of Bamboo berusaha menjawab kebutuhan mereka yang ingin menikmati kultur budaya Indonesia, di negaranya.
Shaniqua Bamboo
Jl Siliwangi Pasir Ona, Rangkasbitung, Lebak, 42313 Banten – Indonesia
Telp: + 6221 787 0508
Furnitur Bambu Lokal Untuk Pasar Global – Lentera Bisnis