Usia bukan lagi patokan seseorang untuk berwirausaha dan menjadi bos. Remaja berusia 19 tahun yang kala itu baru saja lulus SMA berhasil membuktikannya. Rafael Rizki Adventus sukses membentangkan sayap bisnisnya hingga memiliki omzet ratusan juta. Berpikir visioner dan mencoba selalu berada di garis depan membuatnya kian melejit di usia dini.
Melewati Masa Remaja Dengan Positif
Berbeda dengan kebanyakan remaja dilingkungan rumah dan sekolahnya, Rizki cenderung melewati masa remaja dengan sangat positif. Ia lebih memilih mengaktualisasikan diri dengan menghadiri training bisnis dan presentasi marketing yang diikuti dari sebuah Multi Level Marketing (MLM), ketimbang bergumul di mall dan café bersama teman-temannya.
Sejak SMP kelas dua dia sudah tidak lagi mengandalkan uang jajan dari orang tuanya lagi. Rizki sudah dipercaya oleh orang tuanya untuk mengatur dirinya sendiri. Biasanya sepulang sekolah, jika tidak berkumpul dengan sobat-sobat tim marketingnya, ia langsung bergegas pulang ganti baju dan bertolak menuju mall untuk presentasi marketing.
Setelah itu, sorenya ia kembali ke sekolah untuk latihan basket, jika tidak ada janji maka ia langsung pulang, mengerjakan PR lalu beristirahat. Tak jarang ia pulang larut malam, dan akibatnya ia mengaku sering terkantuk-kantuk saat di sekolah. Namun demikian hal itu tidak mengganggu prestasinya di sekolah, ia dan tim basketnya kerap menjuarai berbagai kejuaraan basket.
Dari basket inilah, ia memulai bisnis yang kini bisa menghasilkan omzet ratusan juta. Bahkan berkat kegiatan positif ikut basket, mengantarnya untuk mendapat beasiswa di salah satu kampus swasta di Jakarta.
Rafael Rizki Adventus merupakan anak kedua dari 3 bersaudara. Ia lahir dari keluarga sederhana. Ibunya hanya ibu rumah tangga, dan ayahnya bekerja sebagai salah satu karyawan di toko spare part berpenghasilan Rp 2,5 juta.
Keluarganya tinggal di salah satu perkampungan warga yang letaknya dekat dengan komplek perumahan elit, namun tidak membuatnya minder. Bahkan ketika ia harus bersekolah di salah satu sekolah elit di kawasan Jakarta Utara yang siswanya kebanyakan berasal keluarga berkecukupan.
Modal Usaha Awal Niat dan Keberanian
Di awal usahanya, Rizki mengaku tidak memiliki modal besar untuk memulai usaha. Yang dia punya hanyalah niat dan keberanian. Kemudian Rizki menjalin kerja sama dengan rumah-rumah produksi yang membuat jersey, jaket, kaos basket dan kaos futsal.
“Modal niat yang pertama. Komitmen, fokus dan konsisten itu kuncinya. Komitmen dengan impian kita, fokus dengan masa depan, dan konsisten dengan sikap yang kita miliki,” tegasnya.
Merintis bisnis sudah barang tentu tidak akan lepas dari jerat resiko dan kegagalan. Hal serupa juga pernah dialami oleh Rizki diawal usahanya. Belum banyaknya pengalaman di bidang industri garmen dan konveksi membuatnya pernah merasa putus asa dan berpikir untuk berhenti.
Suatu kali ia pernah mendapat order dari salah satu politeknik di Medan berupa 20 kostum basket. Saat itu ia belum punya tempat produksi sendiri dan masih mengandalkan banyak vendor. Sialnya, vendor tempatnya produksi ingkar janji, pesanannya kurang diprioritaskan. Kostum yang harusnya selesai satu bulan malah molor jadi dua bulan, akibatnya iapun kena mendapat complain keras dari pelanggan.
“Saat itu saya sampai nangis karena belum sekuat sekarang, ” kenang remaja yang kini punya bisnis beromzet ratusan juta.
Sempat merasa kapok dan ingin berhenti, namun ia tak mau menolak rejeki karena berbagai orderan lain masih terus mengalir. Untungnya Rizki masih memiliki mimpi serta tekad yang kuat. Sejak saat itu, ia bertekad memiliki pabrik sendiri.
“Gagal itu kan pasti ya, saya juga pernah gagal. Sebenarnya yang bikin orang bangkit lagi karena masih punya impian. Semua harus jalan terus, kalau kita stres ya hancur,” terangnya.
Menyimpan ingatan bawah sadar tentang apa yang akan kita berikan kepada orang-orang terdekatnya merupakan motivasi gratis yang bisa menghidupi semangatnya setiap hari. Ia memutuskan tetap membuka lapak pre order-nya via online, namun saat itu ia lebih memilih fokus ke training marketing-nya.
Omzet bisnis yang didapat dari penjualan via online hanya Rp 5-10 juta per bulan. Baru setelah ia memutuskan untuk mencoba kembali fokus jualan, alhasil beberapa bulan kemudian hasilnya kian naik jauh dari awal usahanya dulu.
Ladang bisnis konveksinya semakin berkembang seiring dengan laju perkembangan teknologi. Saat ini, dia sudah omzet ratusan juta dan memiliki 100 mitra yang mendistribusikan produknya ke seluruh Indonesia dan beberapa negara lain.
Memanfaatkan Peluang
Ladang bisnisnya semakin berkembang seiring dengan laju perkembangan teknologi. Selain memanfaatkan jejaring sosial untuk berpromosi, untuk mendongkrak omzet ia juga selalu ambil bagian di setiap event baik kompetisi olahraga antar sekolah, mulai dari SD, SMP hingga perguruan tinggi dia sponsori.
“Kita sponsori event-event olahraga dan itu kerja sama yang saling menguntungkan,” kata Rizki.
Orderan paling banyak saat itu adalah 10- 20 lusin, kebanyakan adalah dari para peminat kaus, terlebih untuk sponsorship dengan produksi 400-2000 buah kaus.
Ia menceritakan bahwa perkembangan omsetnya dari awal bisnis hingga sekarang cenderung mengalami peningkatan. Di tahun keempat, omzetnya meroket di 80-150 juta per bulan. Rizki mengaku jika semua keperluan baju olah raga tersedia di tempatnya. Saat ini, dia sudah memiliki 100 mitra yang mendistribusikan produknya ke seluruh Indonesia dan beberapa negara lain.
Saat ini Rizki merasa puas karena memiliki rumah produksi sendiri di sekitar kawasan Teluk Gong Jakarta. Karena dengan begitu ia bisa mengontrol kualitas produksinya sendiri, sehingga lebih bagus dibanding dulu.
Rizki pun sudah berpikir, dia tidak mau menikmati kesuksesan itu sendirian. Dia membuka kesempatan bagi orang lain untuk menjadi reseller. Karena itu, kesempatan dibuka untuk siapa saja yang serius dan fokus untuk menggeluti usaha.